24/7 Support number +62- 821 - 3817 - 2799

Karimunjawa Happy We Will Be Beyond The Sea


Part 5 Karimunjawa: Happy We Will Be Beyond The Sea… And Again I’ll Go Sailing…

 


Pukul 07.00, selesai sarapan, Elf
milik mas Alex yang akan membawa kami ke pelabuhan sudah menunggu di bawah, kapal berangkat pukul 8.00, we really have to go now.. :(
Data diri untuk manifest kapal sudah di kumpulkan sore sebelumnya, jadi kami tinggal menunggu saja mas Alex mengantri tiket di loket.
Pagi itu pelabuhan ramaiiii sekali, mungkin karena adanya tambahan penumpang dari KC.Kartini yang kemarin gagal pulang ke Semarang dan terpaksa kembali lagi ke Karimunjawa karena ombak terlalu berbahaya untuk lanjut. Padahal sudah lebih dari ½ perjalanan, tinggal 1,5 jam lagi harusnya sampai.
Kami menunggu di semacam pendopo yang ada di pelabuhan, di sana terpampang papan yang memuat recap potensi Taman Nasional Karimunjawa. Wow!! tuh kan masih banyaaaak tempat-tempat menarik yang belum kami eksplorasi, seperti taman Mangrove yang asyik untuk trekking, taman kupu-kupu (satu-satunya tempat yang TIDAK akan saya kunjungi, phobia!), dan penangkaran burung di Pulau Karimun dimana kita bisa melihat Elang dada putih yang hanya bisa ditemui di kepulauan ini.

Potensi Taman Nasional Karimunjawa
Peluit kapal sudah berbunyi sekali, tandanya tidak lama lagi kapal akan berangkat namun masih tetap banyak orang berkumpul di pelabuhan….dan tiket belum juga di tangan.. -___-“
Ketinggalan kapal jelas tidak ada dalam pilihan, karena sudah ada 3 tiket kereta menuju Jakarta yang dibayar lunas untuk jam 8 malam.. =$. Muka stress menunggu kapal.. :P

Dari Bintang 4 ke Kaki 5
Hampir pukul 8.00 saat mas Alex menyerahkan tiket… Huaaa.. sudah 2 kali lho peluit kapal berbunyi.. portal yang menuju tempat kapal berlabuh juga sudah ditutup.. Untung kami masih diijinkan masuk, eh tapi itu di pelabuhan masih juga ramai lho..
Ini sih sudah yakin tidak dapat kursi, maka kami langsung ke tangga yang menuju dek atas, tapi ternyata entah kenapa dek ditutup..
Ngooook…
Lalu dimanakah kami menghabiskan mati gaya selama 6 jam????
Disini doooonk…

Hahahahahaha
Pasrah terjepit diantara 4 mobil di dek bawah KM.Muria, beralaskan koran dan sarung milik Ikhsan, setelah memastikan semua mobil itu sudah di-rem tangan,
Satu hal penting yang luput dari perhatian kami saat memilih spot ‘ngemper’ itu adalah, letaknya yang dekat sekali dengan pintu kapal, hanya kurang lebih 5 meter, dan tidak ada penumpang (lesehan) lain yang di depan kami.
Akibat posisi garis terdepan ini, saat kapal menghajar ombak besar, langsung deh.. BYURRR!! Menyiprat ke arah kami. Apalagi memang ternyata ga bohong, ombaknya besar! goyangan kapal jauh lebih terasa dibandingkan saat berangkat (atau karena sekarang kami duduk di bawah?). Yah memang tidak banyak sih percikannya.. tapi kalau berulang-ulang selama berjam-jam ya akhirnya…Basah!! Belum lagi anginnya yang ga santai!! Melvi saja sampai terlihat seperti Medusa begini

Margaretta Medusa Melviana :P
Syukurlah tidak ada di antara kami yang mabuk perjalanan, obat anti mabuk darat laut dan udara itu digunakan hanya untuk ‘diambil’ efek samping mengantuk-nya. Ya tapi basah dan dingin begini mana bisa tidur??!! Basah + dingin = masuk angin, sementara perjalanan pulang masih panjang.. =$
Tidak terima dipermainkan oleh keadaan *hayah*  Dayu melakukan perlawanan, dengan kekuatan bulan payuuuung,, *buka* Hyeay!! Berhasil!! Ga (lebih) basah lagi!!
On your face Poseidon!!!

Foto alakadarnya, kapal goyang susah untuk berdiri
Us Vs The Sea…and The Winner is……THE SEA!! *antiklimaks* yah secara kita sudah cukup basah sebelumnya, dan akhirnya pun si payung rusak ga kuat menahan gaharnya angin. Well at least we fight back!! :D
Ini adalah kali pertama saya naik kapal laut dengan waktu tempuh yang lebih dari 3 jam, dan sama sekali tidak terbayang sebelumnya bahwa akan se-FUN ini!! Ya, walaupun harus ngegembel dan setengah basah, tidak ada kata lain yang lebih menggambarkan situasi tersebut selain FUN!! (dengan semua huruf kapital). We couldn’t stop laughing even on some bad-and-actually not funny-situation seperti saat satu-satunya koran yang tersisa dan dipakai Melvi untuk alas tidur tiba-tiba terbang waktu ditinggal ke kamar mandi, atau waktu saya dan Dayu berjuang menaiki tangga kapal yang curam untuk membeli PopMie, di tengah kapal yang goyang-goyang dan begitu sampai lagi di bawah…jengjeng!! Garpunya dimana????!!! =)))) Konsentrasi terpusat untuk menjaga keseimbangan di tangga (masih sambil tetap tertawa2 sampai penumpang lain menatap kami dengan heran) sehingga tidak sadar garpunya jatuh entah dimana, Dayu bahkan ga sadar kalau penjaga kantin memberikan dia garpu.. Astaga..
Untungnya kami dibekali nasi kotak (yang dilengkapi sendok pastinya!) untuk makan siang, jadi untuk pertama kalinya dalam hidup saya, makan PopMie menggunakan sendok plastik..
Saya, Dayu, Melvi, duduk berjejer berdesak2an (kan korannya Melvi hilang… jadi bergabung lah dia dengan kami beralaskan sarung Ikhsan), entah kenapa jadi terbayang adegan film PS: I Love You saat Holly dan kedua sahabatnya bermain kano dan terbawa arus hingga ke tengah laut.. Saya bertanya pada mereka “Gimana? Kapok ga jalan sama gw?! Ini kita ibaratnya dari bintang 4 turun derajat ke kaki-5 looh??!” dan mereka menjawab “Nggak sih!! Kapan lagi kita kemana?! Thailand?” haha PS: I LOVE YOU GIRLS!! =*
Dua jam terakhir goyangan heboh ombak sudah berubah menjadi ayunan yang melenakan *halah* baru lah di situ saya bisa tidur nyenyak, duduk sambil memeluk backpack. Saat berangkat tidur saya sama sekali tidak nyenyak (dan kayaknya hampir tidak tidur deh) karena dingin (anginnya kencang sekali) dan posisi yang tidak nyaman. Ternyata saya lebih betah ngemper di tempat yang tidak jelas seperti ini.. :D saya baru terbangun saat jam menunjukkan pukul 13.30, wow! ½ jam lagi sampai Jepara!!
14.15 , pintu kapal diturunkan…. Oh Hey we meet again Pulau Jawa!!!! Tuh kan, yang menyambut kami bukan pasir putih dan air laut gradasi hijau-biru, tapi beton dan banyak tukang becak berpakaian warna-warni..
Sesuai janji, sebelum menuju Semarang kami mau berfoto dulu dengan Kura-Kura pantai Kartini, maka jalan lah kami ke sana sekalian untuk makan siang.
Di sekitar pantai berjejer banyak warung makan dengan pilihan menu yang (herannya) hampir sama dari satu warung ke warung lain, tapi karena sudah punya bekal nasi kotak ya kembali sarung Ikhsan digelar

Piknik tepi pantai Kartini
Tidak hanya pantai, di sini juga ada beberapa permainan anak-anak seperti mandi bola dan komidi putar, toko souvenir juga banyak. Bahkan ada juga semacam kereta yang membawa pengunjung mengitari area pantai, yah Ancol dalam versi yang lebih kecil laaah…
Selesai makan, tunai lah janji yang dibawa sampai ke Karimunjawa kemarin

Temu kangen Dayu dan Kura-Kura

hahahahaha
Saatnya mengejar kereta dan berpisah dengan Wisnu, Ikhsan, dan Mbak Yuni,, see you all around soon ;) Woohooo!!!
Untuk menuju Stasiun Tawang, Semarang, rute yang kami lalui adalah Terminal Jepara – Terminal Terboyo – Stasiun Tawang, semuanya menggunakan bis-bis kecil. Estimasi waktu yang dibutuhkan 2 jam jadi diperkirakan kami masih punya cukup waktu untuk menukarkan tiket dahulu di stasiun, lalu ke Simpang Lima belanja oleh2 di Pandanaran, mengunjungi Lawang Sewu, berfoto2 di kota tua dan akhirnya kembali ke stasiun.
Nice plan, huh?! Tapi, sudah menginjak Pulau Jawa bukan berarti kejutan liburan kami berakhir donk… Acara makan siang dan ‘temu kangen’ dengan kura-kura tadi, menyebabkan kami ‘rugi’ waktu 1,5 jam, sudah pukul 15.30 saat kami duduk di bis kecil semacam Metromini jurusan Semarang.
“Oh, kira-kira sampai Semarang jam 17.30, masih cukup dari stasiun langsung Pandanaran, coret Lawang Sewu, kota tua masih sempat lah sambil kembali ke stasiun” begitu pikir saya,, oh well plan change #1….
Kembali melewati deretan sawah-sawah menghijau… huah.. pergantian pemandangan setelah 4 hari yang dilihat hanya pantai dan laut saja. Aduh tapi ini sudah jam 16.30 dan kok kayaknya masih di Jepara.. =$.
Di tengah jalan, tiba2 bis yang kami naiki mengalami gangguan di bannya… #JENG!! Ganti bis!! Bis pengganti yang kami naiki sejenis Patas AC namun penuh sesak! Saya berdiri di dekat pintu, bersandar di dashboard, sementara backpack nangkring manis di kotak TV.
Sudah hampir pukul 17.00… kok masih di sini-sini saja.. sudah keluar dari Jepara sih tapi masih di daerah Kudus!!!
“Baiklah kita ke Pandanaran dulu, baru ke stasiun.. sempat.. sempat..” Change plan #2.
Entah apakah memang itu jalur yang dilalui semua bis dari Jepara menuju Semarang, atau hanya bis AC itu saja yang begitu, yang pasti bis itu muter-muter… Ada suatu persimpangan dimana belok kiri ke Semarang sementara kanan ke Demak, bisnya belok ke kanan aja lhoooo… Duh Gusti paringono patience lan mercy… :(
Pukul 18.00, (baru) sampailah kami di Terminal Terboyo!!
“Fine, sudah ga cukup waktu.. Langsung stasiun udah ga usah kemana-mana lagi!!”.. Final (lame) Plan. =|
18.30 kami diturunkan di tempat yang kata kondektur bus di sini Stasiun Tawang. Celingak punya celinguk, mana stasiunnya??!! Ternyata bis yang kami naiki tidak melewati depan Stasiun, tapi harus berjalan dahulu kurang lebih 500meter, melewati kawasan…Kota Tua!!! Haha kesampaian juga ke kota tua Semarang walaupun benar2 cuma numpang lewat, untuk mengambil gambar pun tidak sempat. Sayang, padahal kawasan itu bagus sekali, apalagi dalam nuansa temaram dari lampu-lampu jalan. Selain itu, sepertinya lebih terawat dibandingkan kawasan kota tua di Jakarta… Ah, perhitungan waktu yang buruk.
Sampai lah kami di semacam kanal, dan di seberangnya terlihat bangunan putih, megah, kental dengan nuansa arsitektur Belanda. Ah itu dia! Stasiun Tawang!! Begitu masuk, aaaah.. bagus… bangunan khas Belanda dengan langit-langitnya yang tinggi menjulang namun tetap ada sentuhan tradisional Jawa, bersiiiih jauh lah bila dibandingkan dengan stasiun Kota.

Stasiun Tawang (finally)
Tiket asli sudah di tangan, masih ada waktu satu jam kami isi dengan belanja oleh-oleh. Seumur-umur baru kali ini saya belanja oleh-oleh di stasiun/terminal/bandara, selain karena harganya lebih mahal entah kenapa merasa seperti cuma setengah hati ngasih oleh-olehnya gitu.. Tapi yah bagaimana lagi daripada tidak sama sekali..
Sebelum pukul 20.00 kereta sudah masuk di peron 1. Hai Gerbong 3 No kursi 8 A, B, C… Waaah ada colokan listrik… *norak, kebahagiaan pengguna HP pintar memang terletak di sana*. Perjalanan Semarang – Jakarta memakan waktu kurang lebih 8 jam.
Tidak banyak yang bisa dilihat sepanjang jalan karena sudah gelap gulita.. jadi mari tidur saja!
28 Juni 2011
 02.30, terbangun karena hujaaaaaaannn… deras sekali.. Saya pikir sudah hampir sampai Stasiun Senen, ternyata Bekasi saja belum sampai, oh ternyata kereta bisa delay juga..
Mundur satu jam dari jadwal, pukul 04.00 akhirnya….Jakarta!!
Rencana awalnya adalah kami akan mencari masjid terdekat, menunggu terang baru melanjutkan perjalanan pulang. Tapi berhubung hujan deras yang belum reda juga, terjebaklah kami di stasiun.. Lagi-lagi ngemper..

Selasa pagi (buta) si stasiun senen... astaga... muka.. =))
Baru sadar, ternyata arsitektur stasiun Senen lumayan bagus juga.. sayangnya terlihat kumuh… oh Jakarta..
Pukul 5.30, kami memutuskan meninggalkan ‘spot asoy’ kami menuju halte Bus Transjakarta, tapi baru saja keluar dari stasiun, wanita-wanita kota ini sudah kembali menemukan identitas manjanya… males ngantri bus TJ naik taksi sajalaaaaaah… :D
Yaaa.. berpisah juga saya dengan si duo newbie backpacker itu.. :( mereka pulang ke rumah masing-masing sementara saya menuju….kantor!! :D . Cuti yang terbatas harus di alokasikan sedemikian rupa sehingga mencukupi untuk semua kebutuhan jalan-jalan.. Jadi, selama belum terasa mau pingsan, hajar!!! Tuhan dan limpahan rejeki beserta pekerja-pekerja luar biasa yang setelah belasan jam perjalanan pulang liburan langsung bekerja!! Amien.
Pukul 6.10, saya sudah tiba di kantor dan gerbangnya saja belum dibuka doooonk!! Hahahaha lengkap lah sudah segala hal di luar rencana dari liburan ini!!!
First thing first setelah sampai di meja kerja, rapi dan sudah minum kopi adalah melihat foto-foto selama perjalanan dan membuat outline untuk blog ini pastinya.. :)
29 Juni 2011
Eh memang sudah ga termasuk dalam hitungan liburan sih, tapi saat sedang browsing saya menemukan ini..
Republika: Penumpang Kapal Muria Tanpa Tiket Diturunkan Paksa
Itu cuma salah satu dar cukup banyak link berita yang mengabarkan penyeberangan dari Karimunjawa ke Jepara dengan KM. Muria pada tanggal 29 Juni mengalami sedikit ‘kerusuhan’. Masih sehubungan dengan jumlah wisatawan yang melonjak, banyak warga asli Karimun yang tidak dapat tiket kapal karena sudah diborong oleh para agen tur. Tidak terima, warga menduduki kapal sejak pagi, banyak penumpang yang sudah memiliki tiket tidak dapat masuk karena kapal sudah kelebihan kapasitas. Dilakukan lah razia tiket dahulu, dan menyebabkan pemberangkatan kapal delay hingga 2 jam! Itu pun banyak wisatawan yang tidak dapat tiket dan terpaksa memperpanjang liburannya 1 hingga 2 hari.
Ya Tuhaaaan… bagaimana kalau saja kami memutuskan untuk menyeberang ke Karimunjawa dengan kapal tanggal 26 atau tanggal 25 bila tidak ada perubahan jadwal kapal???!! Pasti kami menjadi bagian dari ‘kerusuhan’ arus balik itu! Kemungkinan terbesar kami akan kehilangan tiket KA yang sudah di-booked dan keluar biaya ekstra untuk penginapan dan transportasi pulang ke Jakarta..
Wuiiiiih…..  benar-benar ga ada habisnya ini kejutan liburan…. :D
Karimunjawa :) through all the mess we’ve been through, ternyata Tuhan masih sangat baiiiik sekali pada kami…
Banyak hal yang di luar rencana, belum lagi ‘satu dan lain hal’ yang tadinya kami pikir cuma terjadi di salah satu cerita liburan misteri di komik Detective Conan, tapi itu semua yang membuat liburan ini terlalu berkesan!

Take nothing but pictures, leave nothing but footprints.. love it
Entah kenapa, saya suka sekali dengan papan peringatan diatas, yang terpasang di semua pantai yang kami kunjungi kemarin.
…Galeang, entah surga itu seindah dan sedamai apa kalau di Indonesia saja ada tempat seperti ini..
…Tanjung Gelam si Perayu, siapa yang tidak akan terpikat oleh Nyiurnya yang menarik perhatian..
…Tengah, mungkin Jack Sparrow benar-benar pernah ke sini dan mengubur berlian di dasar laut pulau ini.. kalau tidak dari mana yah binar-binar cantik itu??!!…
..dan Kecil, pertemuan di garis horizon yang sempurna..
*tsaaaaah*
Hey Karimunjawa!! Especially you Galeang Island!! I did take nothing but pictures, but you take my heart!! And my oath that one day I’ll be back!!! Cheater! *Drama dimulai*
Well, guess I half-deliberately left my heart there anyway, so I have to come and get it back right?!
See you again anytime soon…Karimunjawa..
Thanks for all the surprises.. :)
Ambareeta
Sampai saya meninggalkan jejak kaki di pantai berikutnya………………..
FYI:
Kereta api Semarang – Jakarta tersedia dalam kelas Eksekutif maupun Bisnis
05.30   KA Argo Sindoro turun di Gambir  HTM Executive Rp 240.000
08.00   KA Fajar Utama turun di Senen  HTM Bisnis Rp 115.000
16.00   KA Argo Muria turun di Gambir  HTM Executive Rp 225.000
20.00   KA Senja Utama turun di Senen  HTM Bisnis Rp 115.000 **Harga per Juni 2011, bukan harga high season
Untuk pemesanan baik kelas eksekutif maupun bisnis bisa melalui telepon  (021) 21391121, pembayaran paling lambat 3 jam setelah pemesanan melalui ATM Mandiri/BNI/BCA. Struk ditukarkan dengan tiket asli, paling lambat ½ jam sebelum keberangkatan di loket stasiun. *canggih yah.. saya baru tahu gara-gara trip ini :D *. Selain by phone, khusus untuk eksekutif bisa melalui online disini
Pengeluaran D 5-6
Tiket Kapal                                          = Rp. 37.500 (harga tour)
Makan                                                    = Rp. 12.000
Karcis masuk pantai Kartini         = Rp. 3.000
Bus Jepara-Semarang                     = Rp. 15.000
Bus Terboyo – Tawang                   = Rp. 3.000
Tiket Kereta                                        = Rp. 117.500 (tambahan Rp.2500 mungkin untuk biaya transaksi bank)
 ————————————————————————————————————————————–
TOTAL                                                                   = Rp. 188.000

Posted by Ambareeta on July 17, 2011 in Dangerously Beautiful Indonesia!!, Karimun Jawa

Part 4 Karimunjawa: We’ll Meet I Know We’ll Meet Beyond The Shore

16 Jul
26 Juni 2011
Masih pegal2 karena petualangan kemarin, jadi gagal
bahkan ga diniatkan sama sekalilagi mengejar matahari terbit. Tapi aaaah bermalas-malasan di Jakarta sajaa.. jalan2 pagi yuk!
Bersama Melvi, saya menjelajahi daerah sekitar tempat bermukim kami 2 hari ini, Pulau Karimun. Pulau yang bisa dibilang sebagai ‘ibukota’ kepulauan Karimun adalah pusat kegiatan masyarakat, fasilitasnya cukup lengkap. Berjalan dari homestay ke sekitar alun-alun saja kami menemui sekolah (SD dan SMP), gereja, banyak mesjid, KUA, kantor polisi, butik, Puskesmas, koperasi, dokter, bahkan dukun beranak :D (pake plang nama bo’ dukunnya!). Tidak ada minimarket, tapi banyak warung2 kelontong dan pasarnya sudah modern begini..

Pasar Karimunjawa
Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Bapak yang saat di kapal duduk dekat Melvi, dia berasal dari Semarang jadi sudah sering ke Karimunjawa sekedar untuk memancing. Dari ngobrol2 singkat dengan si Bapak saya baru tahu bahwa di Pulau Karimun juga ada hutan bakau, untuk menuju kesana dan sekalian mengeksplorasi Pulau Karimun bisa menyewa sepeda motor dengan tarif Rp.50ribu sehari.. Iya yah, sayang sekali wisata darat-nya kurang trip kali ini, padahal cukup banyak juga objek yang bisa dikunjungi =|
Karena ‘satu dan lain hal’ setelah sarapan kami pindah homestay.. :) . Mas Alex memindahkan rombongan kami ke semacam hostel, dimana kami menempati 3 kamar. Well, sebenarnya letak penginapan itu strategis, dekat dengan alun-alun dan dermaga, bangunannya sendiri lumayan bagus, listrik menyala 24 jam, tapi sayangnya kurang terawatt.. kotor!! :( Tapi kami berpikir ya sudahlaaah tinggal semalam lagi kami disini, siang-sore hari dihabiskan di luar jadi nikmati saja.. :)
Walaupun agak kesiangan, semangat untuk berpetualang ga berkurang doooonk… Hari ini kami akan ke arah timur, mengunjungi Pulau Tengah, Pulau Kecil, dan Pulau Menjangan Besar. Ombak hari itu dahsyat!! Sepanjang perjalanan kapal sering oleng hingga hampir 45 derajat.. Serem? Ga sih.. seru!!
Di perjalanan kita melihat kembali tuh, ‘sepotong zamrud di tengah hamparan sapphire’ – Pulau Gosong Cemara yang (masih aja) terendam air laut, tapi hey ternyata kali ini ga cuma numpang lewat, tapi kami berlayar diatasnya!!

hijaaauuuuu
Eh tapi ini sudah mengantuk dan mulai lapar kok belum sampai ke daratan yah sudah sejam lebih?? Apalagi kok sendirian saja ini kapal kita di laut seluas gini.. Eeeee.. ternyata karena ombak di jalur yang biasa dilalui untuk menuju Pulau Tengah terlalu besar maka kapal berjalan memutar walaupun tetap sih, ombaknya ga santai!! Dan ya jelas lah kapal kami sendirian karena start kesiangan.. Ouh, baiklaah…
Setelah 2 jam lebih berlayar, akhirnya terlihat kapal-kapal dan life jacket jingga terang mengapung di sekitarnya..daratan!!
Saya pikir kapal akan langsung merapat di pantai karena sudah waktunya makan siang, tapi ternyata kapal kami berbelok sedikit, berhenti agak jauh, dan perintah dari sang guide adalah: “Yak! Mari kita berenang menuju pantai! Kalian duluan kapal nanti menyusul yah!”
O_o You kidding me pak??!! Itu lumayan jauh loooooh.. udah laper looooh… ga bisa berenang loh sayaaaah.. *eeaaa derita lo neeeeng..*
Ah, tapi memang orang baik selalu ditolong oleh orang yang lebih baik lagi.. *hayah* si bapak guide tahu saya agak ragu2 untuk nyebur dan dia mengajak saya berpegangan pada dia dan berenang bersama.. aaaah mesranya.. *eh*. Si bapak bahkan meyakinkan saya untuk ga perlu panik karena arus, bergerak saja pelan2, dan yeay akhirnya dia melepas saya di tengah2..
Kurang lebih 20 meter dari pantai, airnya cuma tinggal setinggi lutut jadi jalan aja yuk! Agak susah yah berjalan dengan menggunakan fin (kaki katak) tapi kalau dicopot takut kaki terluka karena di bawah itu sisa2 terumbu karang yang sudah rusak. Solusinya, berjalan atau berenang lah mundur!! Hehe
Sampai di pantai, lelah dan berasa seperti dalam adegan film Cast Away.. hehe
Setelah melihat sekeliling, WOW….. saya rela terdampar dan ditemukan beberapa hari kemudian kalau tempatnya seperti ini!!!
Air lautnya sparkling!! Sayang sekali kamera berada di kapal, makanya jalannya pelan-pelan setengah ga rela. Saya pikir itu adalah pulau yang kosong juga seperti Galeang dan Tanjung Gelam, tapi ternyata ada jalan setapak di balik semak-semak yang membawa kami ke sini!

Penginapan Pulau Tengah
Waaaaah ternyata sudah ada penginapan… Rumah-rumah panggung yang mirip Wisma Apung hanya saja tidak berada di tengah laut lepas, masih di bibir pantai. Hmm.. Buka pintu, liat depan waah pantaiii.. liat belakang wooow laut lepas, belum lagi di sampingnya juga ada penangkaran hiu… Next time saya tahu mau menginap dimana!! :D

Depan: Pantai, Belakang: Laut lepas, Samping: kolam hiu.. Woaaahh
Lunch still on process, masih cukup lama dan masih penasaran dengan laut yang sparkling tadi, ngabur dulu laaaah.. Going back to the corner where I first step on this island
gonna camp in my sleeping bag I’m not gonna move, dan ini lah.. bagaimana saya tidak bahagia kalau terdamparnya di tempat seperti ini…

Sparkling!!!!
Sungguh, di Galeang, Tanjung Gelam atau semua pantai yang pernah saya lihat belum pernah liat yang seperti ini…
Sayang sekali banyak sampah berserakan.. :( itulah resikonya bila sudah mulai tersentuh komersialisasi.. *lirik sinis ke penginapan di balik pulau*
Kami berhenti cukup lama di pulau ini, pantai di sekitar dermaga dan penginapan juga nyaman sih buat sit and do nothing.. atau kegiatan ga jelas seperti ini.. :D

Ikhsan The Sand Man...with Malinda Dee boobs =P
Sekitar jam 2, lanjut lah yuk jalan ke snorkeling spot terakhir yaitu di sekitar Pulau Cilik atau disebut juga Pulau Kecil yang terletak tidak jauh dari Pulau Tengah.
Sampai disana, ah sudah malas snorkelingan.. mantai saja laaah..
Pulau Cilik, sesuai namanya, pulau ini kecil.. cuma perlu 15 menit untuk mengitari satu pulau. Pantai dengan pasir putih yang lembut melingkari pepohonan dan semak-semak belukar yang banyak terdiri dari pohon cemara (eh apa Pinus yah? Haha) di tengah pulau. Tidak berpenghuni, tidak ada penjual jajanan, tapi saya menemukan ada beberapa pendopo yang sudah terbengkalai. Entah lah sepertinya dulu ada semacam kafe disitu karena ada bekas meja bar dan wastafel.
Saat sedang mengitari pulau, bertemu dengan 2 bapak dan anak kecil yang sedang menangkap cumi. Cara menangkapnya cuma pakai benang digulung, kayak benang layangan gitu.. ujungnya di kasih umpan udang-udangan dan pluk dilempar ke tengah laut.. Eh dapat cumi gede2 lhoo.. hiii..

cumi cumiiiii
Kok cuminya bening bersih gitu yah? Menurut si bapak, cumi segar memang bersih karena tintanya sudah keluar semua saat si cumi struggle untuk lepas dari kail. Nah loh tapi yang di pasar2 kok ga kayak gitu?? Ternyata yah karena sudah tidak segar, sudah mengalami proses pembekuan..
Saya sama sekali tidak menyesal memilih menyusuri pantai daripada snorkeling, karena keindahan Pulau Kecil sore itu,, langitnyaaaaa!!! Bertemu dengan laut dan pantai yang yah ga usah dibilang lagi lah bagusnya,, Subhanallah… kok ga habis2 yah saya dikasih kejutan di sini..

Beautiful...
Here I can really sit (even sleep) and do nothing,,

Look at The Skyyyyy
Setengah jam kemudian,, kembali kapal kayu kami membelah samudera yang ombaknya masih tetap gahar.. Pulang?? No! Masih ada satu tempat yang harus dikunjungi hari ini! Pulau Menjangan Besar, kita mau berenang bersama hiu! =D
Dari Pulau Cilik ke Menjangan Besar kira-kira sejam, melewati Pulau Karimun, nampak KM. Muria yang sedang menurunkan penumpang di pelabuhan.. aaah.. ga terasa besok kami sudah harus kembali mati gaya disana.. :( time flies!
Dan inilah Penangkaran Hiu..

Penangkaran Hiu - Menjangan Besar
Ada 2 kolam besar yang masing-masing berisi 10-15 ekor hiu berukuran panjang kira2 70cm. Hiu tersebut dipelihara sampai bisa dilepas ke alam bebas. Nah disini mereka jadi objek uji nyali wisatawan yang mau berenang bersama mereka.. Karena masih kecil mungkin, jadi hiu itu tidak menyerang orang yang sedang berenang, paling hanya berputar2 di sekitarnya. Tapi ya tetep aja namanya hiu.. tetap ada rasa takut salah-salah petualangan di Karjaw berubah menjadi sekuel Jaws kan.. jadi tetap saja tempat ini riuh oleh jeritan2 panik dari orang2 yang nyebur ke kolam (dan cekikikan dari teman2nya diatas yang hanya membantu dengan doa :D )
Disini bagian jejeritan sudah diambil oleh Dayu dan Melvi, jadi ya sudahlah Saya dan Wisnu berbaik hati
menertawakanmengambil foto mereka..

Dayu dan Hiu... cieeeeh.. #apeu
Saat mereka sedang asyik (eh asyik gitu yah? :D ) berenang di satu kolam, tanpa guide dan tidak ada orang lain berenang kecuali mereka, tiba2 ada anak perempuan di samping saya, memegang ikan. Dia bilang “Kakak,, hiunya dikasih makan yah!!” dan Byurrr!! Dalam hitungan detik hiu2 berebut ikan dengan brutal, hanya kurang lebih 1 meter dari tempat Dayu berenang… Dua kali anak itu melemparkan ikan, hihi seru!! Tapi ternyata saudara2,,, itu adalah Near Death Experience-nya Dayu.. Baru setelah mereka pindah kolam, dan kali ini dipandu guide, diketahui bahwa memberi makan hiu saat ada orang berenang di dekatnya itu BERBAHAYA!! :) )
Indeed what you didn’t know won’t kill you (or make you wanna kill someone.. a cute innocent girl for example.. :) ))
Oya, di penangkaran ini bukan hanya hiu yang dipelihara, namun juga penyu dan beberapa satwa laut yang selama ini hanya saya lihat di film kartun seperti ikan Dori dan ikan Buntal.

Ikan buntal yg coklat totol2 itu yah.. yg putih itu makanannya.. =D
Secara berkala ada pelepasan tukik (anak penyu) di pantai pulau ini.
Capek sudah ketawa-ketawa,, mari pulaaang.. Perjalanan kembali ke Pulau Karimun memakan waktu tidak sampai 10 menit =)
Malamnya, karena tinggal hitungan jam saja kami di sini, saatnya jalan2 menikmati keramaian sambil mencari oleh-oleh! Tidak terasa seperti sedang berada di pulau yang antah berantah dari kota, ramai!! Uniknya berlibur di Karimunjawa karena transportasi kesana terbatas baik dari segi jumlah maupun jadwal, belum lagi area penginapan dan spot wisata yang banyak namun disitu-situ saja, jangan kaget kalau mengalami banyak ‘DiaDiaLagi Momen’. Ya! Saat snorkeling dan hopping island bolak balik kami bertemu dengan orang-orang yang dijumpai sejak masih berada di kapal, dan belanja di pusat souvenir malam ini sudah seperti reuni penumpang KM.Muria Batch 240611 :D . Pusat souvenir di Karimun adalah 4-5 ruko berjajar yang terletak tidak jauh dari alun-alun, menyediakan dari mulai makanan khas pesisir pantai hingga benda-benda kerajinan. Harganya? Relatif.. misalnya untuk T-Shirt menurut saya agak mahal, namun hiasan2 dekoratifnya seperti lampu meja gitu muraaaah (bila dibandingkan dengan harga toko-toko di Jakarta).
Lanjut ke alun-alun, warung-warung tenda dipenuhi oleh pembeli sementara sudah banyak pula yang menggelar tikar di lapangan. Tiba-tiba terbayang, kalau berlibur tepat pada saat ada event olahraga seperti Piala Dunia, tinggal gelar layar tancap dan ratusan orang dari berbagai daerah (atau bahkan berbagai negara) larut dalam keriaan, seru!!
Kurang dari 12 jam lagi kami sudah harus kembali terombang-ambing di laut namun sayangnya bukan untuk snorkeling.. Pulau yang kami tuju pun tidak akan menyambut dengan pasir putih dan gradasi hijau-biru lautnya yang cantik.. =(
Ke Jakarta eh Jepara dulu kami (terpaksa) kan kembaliiii..
Ambareeta
..to be continued…
Next: Karimunjawa: Happy We Will Be Beyond The Sea…And Never Again, I’ll Go Sailing
FYI:
Perhitungkan dengan baik jumlah uang tunai yang dibawa, karena di Karimun tidak ada bank dan ATM! Sebaiknya uang yang dibawa dalam pecahan nominal kecil karena pengalaman berbelanja di warung dengan uang Rp. 50ribu saja susah kembaliannya.
Kami menggunakan paket tur yang sudah termasuk makan selama kami di sana, tapi sebenarnya mencari makanan di Karimun tidak susah kok.. Biasanya setiap penginapan bisa menyediakan makanan, banyak warung nasi, atau paling gampang tinggal pergi ke alun-alun. Harganya? Murah!!! Seumur hidup, baru kali ini saya minum es campur seharga Rp. 2500 saja.. enak lagi.. Untuk yang tidak terlalu suka hidangan laut, mencari makanan sendiri ini patut dipertimbangkan :) *curcol, makanan dari homestay mayoritas sea food*
Iya, silahkan lagi dilihat blog foto dari Wisnu, untuk lebih banyak pemandangan cantik dari Pulau Tengah dan Pulau Kecil
Pengeluaran Hari Ke-4
-          Cemilan                = Rp. 10.000
-          Makan malam   = Rp.   9.000
-          Souvenir              = Rp. 75.000
———————————————————-
TOTAL                   = Rp. 94.000

Posted by Ambareeta on July 16, 2011 in Dangerously Beautiful Indonesia!!, Karimun Jawa

Part 3 Karimunjawa: I Know Beyond The Doubt My Heart Will Lead Me There (Again) Soon


25 Juni 2011
Pukul 5.00.. Nawaitu mengejar sunrise, apa daya badan capeknya masih keterlaluan.. Akhirnya bermalas-malasan sampai sekitar pukul 8.00 saat mobil pick up Mas Alex menjemput kami untuk dibawa ke pelabuhan.. Yeay! The holiday officially begin.. snorkeling time!!
Start dari Pelabuhan Karimunjawa, rute snorkeling dan hopping island hari ini adalah ke arah barat, di sekeliling ada 2-3 kapal lain dengan tujuan yang sama.

..and watches the ships that go saaaaaiiiiiling...
Snorkeling spot pertama adalah di sekitar Pulau Menjangan Kecil, salah satu pulau yang sudah dikelola swasta untuk penginapan. Ombak disekitarnya cukup tenang.. airnya biru jernih sampai-sampai dari atas kapal saja bisa terlihat jelas terumbu karang dan ikan-ikan loreng hitam putih berseliweran dengan lincahnya.

Lihaaaat.. Ikan dan Terumbu karaaaang
Satu hal yang wajib dicoba saat snorkeling disini adalah feeding fish!! Jadi, sambil melihat keindahan dasar laut, coba deh pegang sepotong roti, dan mendadak… hua,, ikan-ikan kecil rebutan roti dengan brutalnya.. it’s the real Feeding Frenzy baby!! Hihi nikmati sensasi jari geli-geli gimanaaa gitu digigitin ikan2 kecil ini. Berkat kekuatan bulan kamera underwater milik mas Alex didapat lah foto keren kayak gini deh..

It's the real Feeding Frenzy beybiiiiihhh!!!!'
Terumbu karang disini masih terlihat bagus, dan peraturan pertama saat “berhadapan” dengan terumbu karang adalah jangan menyentuhnya! Pertama karena dikhawatirkan berbahaya, karang api misalnya kalau tersentuh kulit akan terasa terbakar. Kedua terumbu karang rentan rusak karena ulah manusia, sementara untuk regenerasinya butuh waktu yang lama.
Ikan-ikan sudah kenyang, yang memberi makan mulai kelaparan. Kapal diarahkan ke arah pulau yang cantik dibawah ini, Pulau Galeang, kami akan barbeque ikan di sana untuk makan siang.

Pulau Galeang dari kejauhan
Kapal merapat, dan WOW!! yang terhampar di depan kami membayar semua 20 jam lelah dan mati gaya di perjalanan…LUNAS bahkan pake bunga!!

beningnyaaaa...

Lupa diri lihat pantai.. =P
Pasir putih dari ujung ke ujung, langit biru bersih, air gradasi hijau-biru, cuaca yang sangat mendukung, tidak terlalu panas tidak pula mendung, banyak pula pepohonan rindang, jadi suasananya syahdu2 gimanaa gitu, damai sekali..
Pulau ini sepi, sama sekali tidak ada penjual makanan, fasilitas seperti WC umum pun sepenglihatan saya tidak ada, rumah penduduk pun hanya ada satu, ya cuma satu!

Pak Mudi
Bapak berbaju biru-kuning ini bernama Pak Mudi, dia dan keluarganya lah penghuni satu-satunya rumah di Pulau Galeang, jadi semacam penjaga pulau. Konon pikiran si bapak agak terganggu, tapi dia ramah dan kalau mendengar musik dangdut, langsung joget! Karena kami tidak ada yang punya koleksi lagu dangdut, pakai lagu cedangcibuk yah pak.. Insomnia by Craig David!! :D Eh tapi tiba2 dari kapal sebelah kami terdengar celetukan dengan logat Jawa yang medok “Aku ada lagu dangdut!!”. Ternyata si pria berwajah oriental berambut jagung yang tadinya kami kira turis dari Korea atau Hongkong (soalnya di kapal dia isinya banyak turis asing), ealaaah bule Malang tho ternyata mas… ;) ). Mengalunlah ‘Keong Racun’ dari HP mas ‘bule’, dan Pak Mudi joget lebih heboh! :)
Tuhan memang mencintai setiap makhluk-Nya dengan cara-Nya sendiri, Pak Mudi memiliki keterbatasan tapi dia satu dari sangat sedikit orang yang tinggal di tempat sedamai Pulau Galeang. Mungkin justru dengan keterbatasannya dia bisa dengan sederhana menikmati ciptaan-Nya ga mikir hal-hal ribet. Sepanjang hari menikmati pantai dan wajah2 bahagia para pengunjung yang terpesona dengan keindahan surga pribadinya.. Wow.. It would be so nice grow old like that.. :) *hening*…. Eh kok malah jadi agak iri ama Pak Mudi yah??!! Haha rumput tetangga eh air laut di Karimunjawa memang lebih hijau daripada air di…err.. kamar mandi sendiri?? *halah*
Eh sungguh loh ingin rasanya berendam di pulau itu seharian, tapi harus lanjut lagi ke snorkeling spot kedua, di sekitar Pulau Gosong Cemara! Sampai jumpa Pak Mudi… Boleh yah nanti suatu saat saya kembali ke surga pribadi bapak ini.. Janji, nanti saya akan simpankan lagu dangdut terbaru spesial untuk bapak!! Yah, kedamaian Pulau Galeang seketika membuat saya memutuskan ‘baiklah.. saya rela menempuh lagi perjalanan 20 jam untuk sampai kesini…soon!!’
Saat menuju ke spot snorkeling kedua, di tengah2 laut yang biru itu kami melihat sepetak area yang berwarna hijau. Nah sudah sampai kita, sepetak area hijau itu lah Pulau Gosong Cemara. Loh mana pulaunya??? Yang dimaksud dengan pulau disana memang hanya sepetak daratan pasir putih, dan ‘penampakan’nya tergantung pasang-surut air laut, untuk mengukur luasnya pun susah.  Saat kami kesana air sedang pasang jadi Pulau itu sepenuhnya terendam.. Tapi pemandangan ‘sepotong zamrud diantara hamparan sapphire’ itu… Awesomazing!!
Ombak di snorkeling spot kedua ini lumayan besar, jadi perlu sedikit perjuangan apalagi buat saya yang tidak bisa berenang dan sering panik sendiri kalau terbawa ombak.. :D tap mas guide saya baik hati, dia membantu saya berenang dan menikmati keindahan terumbu karang di perairan itu, hihi makasih mas.. iya nih tampaknya sudah waktunya belajar diving..eh swimming dulu. Terumbu karang di sini lebih bagus dan berwarna-warni daripada di spot pertama, namun ikan2nya lebih choosy, tidak mau datang kalau cuma dipancing dengan roti tawar.. :( *halo.. 14022, order ke tengah laut di Karimun Jawa bisa??*
Tidak terlalu lama snorkeling disini, kita merapat kembali ke pantai! Menuju Pantai Tanjung Gelam, kira-kira setengah jam perjalanan dari Gosong Cemara. Tanjung Gelam adalah pantai yang masih berada di pulau utama Karimun, karena letaknya yang menghadap timur tempat ini cocok sekali untuk mengakhiri petualangan seharian dengan melihat sunset.
Ini lah Tanjung Gelam dari kejauhan… mendadak teringat lagu Rayuan Pulau Kelapa ga sih??… melambai-lambai nyiur di pantaaaaaaiii…

Terayu Pulau Kelapa nan indah permai.. =D
Berbeda dengan pantai Pulau Galeang yang sepanjang sejauh saya telusuri hanyalah hamparan pasir putih, Tanjung Gelam dihiasi dengan karang-karang berukuran besar.

cheeeeessseeeeee

Karang Tanjung Gelam
Di sepanjang pantai berjajar penjual kelapa, mi instan, gorengan dan makanan kecil lainnya. Entah karena memang kelaparan atau efek dari keindahan pantai, pisang goreng dan bakwan di sana enak sekali!!
Menunggu sunset tak kunjung datang, ombak cukup besar, dan dikhawatirkan semakin malam semakin besar maka kami harus meninggalkan Tanjung Gelam sebelum sunset.. =(
Dan akhirnya lihat sun(menjelang)set dari atas kapal

See you tomorrow Mr.Sun
Kapal merapat di dermaga, mas Alex sudah menunggu dengan pick-upnya..

Depan paling kiri itu loh Mas Alex
Pulang ke penginapan, sudah selesaikan suguhan pertunjukan keindahan alam yang saya dapat hari itu?? Oooh.. beluuum… Malam menjelang, langit dihiasi ribuan bintang.. huhu.. Subhanallah..
Ingin rasanya menggelar kasur di halaman dan tidur beratapkan bintang saja malam itu..
Eh tapi nanti masuk angin sementara baru setengah petualangan ini, masih banyak keriaan yang menanti…besok!!
Ambareeta
…to be continued…
Part 4 Karimunjawa: We’ll Meet I Know We’ll Meet Beyond The Shore
FYI:
Bawalah flashdisk atau media penyimpanan lainnya untuk menyimpan foto-foto underwater. Daripada menunggu foto itu dikirimkan beberapa hari sesudahnya, lebih baik disimpan langsung bukan?!
Sunblock is indeed important!! Snorkeling lebih membuat kulit terbakar daripada cuma sekedar berjemur di pantai
Supaya semakin lengkap, ayo lihat foto-foto menggoda iman (untuk tidak jalan-jalan) di blog milik Wisnu, Pulau Galeang yang damai dan Tanjung Gelam si perayu
Pengeluaran Hari 3:
Degan + gorengan di Tanjung Gelam       = Rp. 10.000
..sudah itu saja.. :D

Posted by Ambareeta on July 14, 2011 in Dangerously Beautiful Indonesia!!, Karimun Jawa

Part 2 Karimun Jawa: It’s Far Beyond The Stars It’s Near Beyond The Moon


23 Juni 2011
16.30, selamat tinggal meja kantor!! Dan sungguh Dewa Lalu Lintas sedang amat sangat welas asih karena bisa sampai ke Lebak Bulus hanya dalam waktu 20 menit!!
My dear newbie backpacker friends, setelah malam sebelumnya dibuat terbahak-bahak dengan pertanyaan polos Dayu ‘apakah perlu membawa handuk Ambar?’ *maklum, ibu pejabat ga pernah tinggal di rumah penduduk, selalu minimal hotel bintang 4 dilengkapi handuk* sekarang giliran Melvi yang membuat saya speechless karena untuk 4 hari backpacking trip ini dia membawa koper!!…dan backpack.. Alasannya, dia tidak suka menggendong bawaan berat karena bisa merusak struktur tulang punggung, tapi dia juga tidak terbiasa apabila tidak membawa tas.. -___-“ oh baiklaaah..
Pukul 17.20 bis Shantika bertolak dari Lebak Bulus menuju Jepara. Karena perjalanan cukup panjang (kurang lebih 12 jam) faktor kenyamanan menjadi pertimbangan utama, maka kami memilih bis kelas executive. Bis kami cukup nyaman, Mercedes Benz masih mulus, reclining seat dengan sandaran untuk kaki, antara kursi dengan baris di depannya juga luas, tiap 2 baris ada personal TV (Tp ga tau juga sih bisa nyala ga :D ). Bis-bis jurusan Jepara memang terkenal bagus dan baru. Hal itu konon karena memang selera dan tuntutan masyarakat pengguna trayek tersebut begitu. “Mitosnya” penumpang akan marah kalau bisnya tidak terawat, namun mereka tidak masalah kalau bis mengalami kecelakaan.. O_o. Ga heran, di jalanan bis-bis itu menggila, ngebut dan menganggap dirinya sedan yang leluasa nyalip setiap ada celah sempit! Saya yang duduk di baris terdepan jadi merasa seperti sedang bermain game balapan 4 dimensi, apalagi ada semacam partisi kaca yang memisahkan ruang pengemudi dari penumpang.
Di benak saya partisi itu menjelma menjadi layar tv, and I can’t stop my mind to think “Yak! 100 poin bila berhasil menyalip truk gandeng!! 50 poin untuk truk tangki bbm!! 25 poin bila berhasil mengintimidasi pengendara motor didepan!! Run baby run!!” Tapi tetap terasa nyaman aja tuh… hoho, bis terawat dan sopir berpengalaman memang ga bisa bohong..
21.30 kami istirahat di suatu restoran di daerah Saprol – Indramayu yang memang khusus untuk pemberhentian bis-bis jurusan Jepara. Sudah disediakan makanan prasmanan yang termasuk dalam harga tiket, jadi tinggal ambil dan makan saja. Cuma kira-kira 30 menit berhenti disini ‘High Definition 4Dimention Racing Game’ dilanjutkan. Hoahm.. I was out of count sudah berapa point yang didapat dari salip sana sini itu, jadi mari tidur!!
24 Juni 2011
Syukurlah kekhawatiran kemacetan di jalur pantura tidak terjadi. Subuh kami sudah sholat di masjid entah apa namanya (ga ketemu plang namanya bos!) yang pasti megah dan tanpa kubah, di Semarang.
Pukul 7 kami sudah menginjak Bumi Kartini.. Woohoo.. 14 jam dan akhirnya… terminal Jepara!!! Terminalnya kecil dan sepi, atau mungkin karena masih pagi ya?!
Sejak dari bis kami sudah nawaitu jalan kaki dari terminal ke pelabuhan nih, hitung2 sambil meluruskan kaki. Apa daya, kami dihadang oleh segerombolan tukang becak yang dengan gigih (cenderung maksa) menawarkan jasanya, akhirnya hati kami luluh juga. Sebelumnya saya membayangkan jalanan antara terminal – pelabuhan itu jalan raya tapi lebih mirip jalanan di dalam kompleks perumahan, lengang.. di kanan kirinya pun berjajar rumah2 yang kalau di Jakarta bisa masuk ke kawasan elite nih..
Tidak sampai 10 menit, sampailah di Gerbang ASDP yang merupakan pintu ke Pelabuhan Jepara, terlihat KM.Muria sudah bersandar di dermaga. Berbeda dengan di terminal, di sini sudah mulai ramai. Karena menggunakan jasa tour, kami cukup ke loket menemui Bapak Ismet untuk mengambil tiket kami yang sudah di-booked sebelumnya dan menyerahkan data diri untuk manifest kapal.

Muka beleeer.. 13 jam di jalan.. hehe
Selesai, masih ada waktu kurang lebih 1,5 jam sebelum kapal berangkat, sarapan dulu lah. Warung makan di pelabuhan tidak banyak, namun menunya cukup beragam dari mulai mie instan sampai nasi pecel, lumayan daripada lumanyun kelaparan di kapal, harganya pun wajar. Pelabuhan Jepara terletak persis di sebelah Pantai Kartini, tempat rekreasi keluarga, semacam Pantai Ancolnya Jepara laaah. Dari pelabuhan terlihat landmark Pantai Kartini yang berupa kura-kura raksasa yang sebenarnya adalah bangunan Sea World .
Landmark Pantai Kartini – Jepara
Sebenarnya ingin berfoto dulu disana, namun karena tidak ingin kehabisan tempat duduk di kapal kami memilih untuk segera naik, see you on Monday Mr. Turtle!!
Didalam kapal, masih sekitar 1 jam lagi sebelum berangkat, kursi-kursi kelas ekonomi masih cukup banyak yang kosong. Kami memilih 2 baris di sisi kanan, saya duduk tepat di tepi kapal, maksudnya biar bisa lihat laut gitu, namun ternyata tidak leluasa memandang keluar karena terhalang terpal. KM. Muria mampu menampung kurang lebih 300 penumpang, terdiri dari 3 ‘lantai’: bawah untuk kendaraan, tengah untuk kabin penumpang, dan dek atas untuk ruang kendali dan area terbuka muster station (tempat berkumpul apabila terjadi keadaan darurat) yang seringnya sih buat tempat penumpang yang tidak kebagian tempat duduk.
Inilah penampakan kelas ekonomi KM.Muria, ya kursinya mirip2 metromini gitu laaah..
Kelas Ekonomi KM.Muria
Bayangkan 6 jam duduk dimari… yes layu sebelum berkembang… (Baca: Capek duluan sebelum liburan). Tapi sudah cukup bersyukur lho bisa dapat duduk disini, daripada panas2an di dek atas, kalau udah bener2 pegel duduk, di kapal disewakan matras yang cukup untuk tiduran kok.. Kalau prinsip saya sih, everything is in your mind, jadi bayangkan saja sedang duduk di First Class GIA, penerbangan 6 jam udah sampai mana tuh kan.. O:D *menghibur diri yang teramat sangat*
Tidak sampai 1 jam kemudian semua kursi sudah terisi penuh, dek atas pun sudah mulai ramai tapi entah kenapa belum berangkat juga.. Akhirnya, hampir pukul 10.00, setelah 2 kali bunyi peluit panjang, selamat tinggal Pulau Jawa…
…Dan dimulailah 6 jam mati gaya…
Cieh Ikhsaaaaan.. =))

Kurang lebih pukul 15.00, masih 1 jam tersisa dari estimasi waktu perjalanan, namun di kejauhan samar-samar mulai terlihat gundukan hijau. Makin mendekat terlihat 2 menara BTS yang menjulang,
Itulah Pulau Karimun, yang merupakan pulau utama di Kepulauan Karimun Jawa. Setelah 2 kali lagi peluit panjang, akhirnya merapat lah kami di dermaganya…
Ya Salaaam.. sekarang saya mengerti bagaimana perasaaan Jack Sparrow saat kembali menginjak daratan…Bahagia!!! Dan hey baru sampai saja sudah disambut pemandangan seperti ini.. otot2 yang kaku karena 6 jam mati gaya mendadak lemas.. :D
Segerrrrr…

Selamat Datang di Taman Nasional Karimunjawa
Kami dijemput oleh Mas Alex, sang trip organizer, kemudian bertemu rombongan ‘teman sepermainan’ kami, mahasiswa/i dari Bandung terdiri dari 5 perempuan dan 1 laki-laki. Dengan mereka kami akan berbagi homestay dan kapal untuk hopping islands.
Disini lah kami menginap
Our Homestay
3 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang TV, ruang tamu, dapur, dan teras.. cukup nyaman..
Berbeda dengan di Sawarna, di Karimun Jawa pilihan penginapan (lihat daftarnya) banyak! Dari mulai rumah penduduk, hotel, resort mewah, bahkan wisma2 yang unik seperti Wisma Hiu dan Wisma Apung, tinggal disesuaikan dengan budget ;) . Listrik di Karimunjawa hanya menyala dari pukul 17.30 hingga pukul 6.00, tapi hal itu tidak berlaku bagi penginapan yang bukan rumah penduduk karena mereka memiliki genset sendiri. Sebenarnya sih pembatasan listrik itu tidak terlalu masalah karena toh listrik padam pada jam-jam dimana saatnya bermain di luar.. ;)
First thing first setelah sampai di penginapan adalah..mandi!! woow.. terakhir mandi hampir 36 jam yang lalu.. =))
Badan sudah segar perut mulai cari perhatian, maka pergilah kami ke Alun-Alun  – suatu tanah lapang, pusat keramaian, waktu kami kesana sedang ada pertandingan sepak bola. Di pinggir dan sekitar lapangan banyak warung2 tenda yang menjual makanan, dan ini pohon besar di dekatnya nyaman sekali untuk duduk2 cantik.. hehe..
Pohon tempat duduk2 asik.. eh ada mas Alex juga kefoto.. =D
Di seberang alun-alun terdapat dermaga kecil tempat berlabuh kapal-kapal nelayan (berbeda dengan Pelabuhan Karimunjawa ya). Ah, selesai menyantap seporsi siomay khas Karimun Jawa (apa khasnya? Err.. rasanya ga jauh berbeda dengan siomay2 lain sih, cuma lebih liat dan bentuknya kotak.. hoho) sepertinya cihuy yah menunggu sunset di dermaga..
Senja di Dermaga Karimun Jawa
Kembali ke penginapan, sudah disediakan makan malam yang termasuk dalam paket tour.
Pukul 20.00, sudah mulai tepar di kamar sementara rombongan dari Bandung itu masih ramai di luar… Euh.. Penampilan boleh menipu, tapi tampaknya untuk soal stamina, perbedaan umur 6 tahun tidak bisa bohong… -___-“
There you go adek-adek.. seberat-beratnya hidup mahasiswa masih lebih berat hidup pekerja.. :P See you all tomorrow.. Snorkeling Day 1!!
…To be continued…
NEXT!! Karimunjawa: I Know Beyond The Doubt My Heart Will Lead Me There (Again) Soon.
Ambareeta
FYI:
  • Sebelum mengajukan cuti, pastikan dulu jadwal kapal yang akan digunakan untuk menyeberang ke Karimunjawa, karena ternyata memang sering berubah.. -___-“ (curcol), dan kadang kapal juga tidak berlayar bila cuaca buruk. Kontak Pelabuhan ASDP Jepara = (0291) 591048
  • Untuk Bus Shantika bisa booking sebelumnya, dengan menghubungi nomor telepon agen yang terdekat (ini daftarnya). Pembayaran di tempat, minimal setengah jam sebelum keberangkatan
  • Apapun operator selular yang kalian gunakan, saat berada di Karimunjawa sebaiknya sediakan nomor Telkomsel!! Sementara yang lain hidup segan mati tak mau dia dengan ‘jumawa’nya mejeng dengan sinyal 3G!!
Pengeluaran D 1-2
  • Ongkos Kantor – Lebak Bulus                       = Rp.     3.000
  • Tiket Bus Shantika Jakarta – Jepara          = Rp. 140.000 (harga musim liburan, normal hanya Rp.120.000)
  • Becak Terminal Jepara – Pelabuhan         = Rp.   10.000   /becak = 2 orang
  • Tiket kelas ekonomi KM. Muria                   = Rp.   37.500  (harga Paket Tour, harga yang tertera di tiket untuk dewasa = Rp. 28.500)
  • Sarapan Pop Mie + Aqua di Pelabuhan    = Rp.     7.500
  • ‘Lunner’ (Lunch Dinner) di alun-alun       = Rp.     7.000
  • Paket Tour diluar tiket kapal                        = Rp. 360.000  Termasuk: Penginapan (rumah penduduk), makan 9x, kapal dan snorkel gear selama 2 hari, guide, biaya masuk ke berbagai tempat wisata, foto2 underwater.
—————————————————————————————————————————
TOTAL                                                                   = Rp. 565.000

Posted by Ambareeta on July 8, 2011 in Dangerously Beautiful Indonesia!!, Karimun Jawa

Part 1 Karimun Jawa : Somewhere Beyond The Sea

29 Jun
*Ngaca* kulit sudah mulai kehilangan pesona warna eksotisnya.. *halah* itu pertanda saatnya beach time!! :D Setelah terakhir menjelajahi Desa Sawarna (boleh..boleh.. ayo dibaca.. :D ) di pelosok Banten, sekarang jauhan dikit yuk.. Jawa Tengah….Kami datang!!!
Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Jepara menyimpan pesona pantai pasir putih dengan laut gradasi biru-hijau yang sering disebut Maldives-nya Indonesia, Karimun Jawa
*mana Maldives mana Karimun Jawa hayoooo??
:P  

Kepulauan Karimun Jawa, yang sejak tanggal 15 Maret 2001 ditetapkan oleh Pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional, terdiri dari 27 pulau dimana 5 diantaranya sudah dihuni oleh penduduk, yaitu Pulau Karimun, Kemujan, Nyamuk, Parang, dan Genting

Untuk mencapai Karimun Jawa, transportasi yang umum digunakan adalah  jalur laut melalui Jepara atau Semarang. Bila start dari Pelabuhan Tanjung Mas – Semarang, bisa menggunakan Kapal Cepat Kartini, waktu tempuh hanya sekitar 3 jam. Sementara dari Pelabuhan Kartini – Jepara, ada Kapal Motor Muria dengan waktu tempuh sekitar 6 jam! Ada juga sih jalur udara dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandar Udara Dewa Daru di Pulau Kemujan dengan pesawat sewa jenis CASSA 212, waktu tempuh kira-kira 30 menit! harga tiketnya ‘cuma’ kira2 1,7 juta sajah kok sekali jalan.. :D Pesawat tersebut disediakan oleh pengelola Kura-Kura Resort, hunian mewah di Karimun Jawa dengan rate kurang lebih 8 juta/malam.. Hadeuh.. untuk saat ini saya cukup puas lah dengan Undur-Undur Resort saja.. :P
Ada apa aja sih di Karimun Jawa??  Karimun Jawa adalah surga untuk penggila snorkeling atau diving karena gugusan kepulauan ini adalah rumah yang masih terjaga baik bagi terumbu karang dan hampir 400 species fauna laut, it just like sticking your head into a massive tropical aquarium. Tapi ga cuma itu saja, untuk yang hobi memancing, atau memacu adrenalin dengan berbagai permainan air seperti banana boat, jetski, atau uji nyali berenang bersama hiu, marilah kemari!! Kalau untuk saya yang cuma suka bengong menatap garis cakrawala and do nothing, jelas pantai pasir putih dan gradasi lautnya lah yang memanggil saya kesana.
Karimun Jawa, sejauh ini bisa dibilang perjalanan saya yang paling penuh kejutan dan serba out of plan! Mari kita rewind, mulai dari masih tahap perencanaan..
Untuk menekan budget kami naik KM.Muria yang ongkosnya hampir 4x lipat lebih murah dibandingkan dengan KMC.Kartini, biasanya kapal tersebut berangkat dari Jepara pada hari sabtu, sehingga rencana awal kami berangkat dengan kapal tanggal 25 Juni. Nah, traveler boleh menyusun itinerary, Tuhan tetap yang lebih tau pasti, 3 minggu sebelum keberangkatan kapalnya berubah jadwal aja doooonk… Mungkin karena melonjaknya jumlah wisatawan ke Karimun Jawa pada musim liburan maka jadwal kapal berubah menjadi 2 kali seminggu, untuk akhir Juni pelayaran ke Karimun Jawa ada pada tanggal 24 dan 26… Yiiihaaaaa.. revisi cuti sana sini… akhirnya sepakat berangkat tanggal 24.
Transportasi Jepara-Karimun Jawa √
.
Next problem: dari Jakarta naik apa ke Jepara?? Transportasi paling mudah adalah dengan menggunakan bis, pilihannya antara lain PO Nusantara, Shantika, Muji Jaya, dan Bejeu. Bis2 antarkota tersebut berangkat dari berbagai terminal di Jakarta menuju terminal Jepara yang hanya berjarak kurang lebih 1 km dari pelabuhan. Namun masih sehubungan dengan musim liburan dan menjelang musim mudik, terdengar kabar jalur pantura macet, kalau sialnya ketinggalan kapal gimana?? :( alternatifnya, kereta, namun perlu berkali-kali pindah kendaraan: Stasiun Senen – Stasiun Tawang – Terminal Terboyo – Terminal Jepara – Pelabuhan.. eugh.. Akhirnya diputuskan tetap naik Bis dari Lebak Bulus, dengan berbekal Plan B: bila ketinggalan kapal kami akan melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta! Daripada mau liburan masih stress mikir kapal mending nothing to lose dan serahkan semuanya kepada Dewa Pantura kan.. :D
Transportasi Jakarta – Jepara √
.
Selama di Karimun Jawa, supaya tidak repot kami memutuskan untuk menggunakan jasa tour, pilihan kami jatuh pada www.karimunjawa-islands.info Kenapa? pertama, sudah banyak review yang bagus mengenai tour tersebut. Kedua, fleksibel! tidak ada jumlah minimum peserta, sistem pembayaran cukup transfer sejumlah uang untuk tiket kapal dan sisanya dibayarkan di sana, tour bisa di-upgrade sesuai selera dari mulai makan hingga penginapan. Ketiga, namun yang terpenting…hemat beb! :P yes! Biaya paket yang ditawarkan murah meriah!! Kami menggunakan Paket Super Backpacker 4D3N + upgrade makan dengan total biaya Rp. 435ribu. Silahkan di cek webnya untuk info lebih lanjut yah.. *testimonial konsumen yang cukup puas, bukan post berbayar*
Karimun Jawa and around √
.
Hobi jalan2 di negeri sendiri wajib ditularkan, kali ini saya mengajak 2 orang teman dekat saya yang biasanya memperkaya negeri orang lain dengan jadi turis disana, Dayu si Ibu Pejabat, dan Melvi si business woman. Kami ber-3 kemudian bergabung dengan Wisnu, teman yang saya kenal saat di Sawarna dan memiliki obsesi jelajah Indonesia yang sama gilanya dengan saya :D Wisnu mengajak kakaknya, Mbak Yuni, dan temannya, Ikhsan.
Karjawers minus Ikhsan
And here’s our plan:
Meeting Point tanggal 23 Juni sebelum jam 5 sore di Terminal Lebak Bulus,
Berangkat dengan menggunakan Bis Shantika (kenapa Shantika? Err.. kebetulan dia yang bisa ditelpon untuk booking tiket :D ),
Sampai di Pelabuhan Jepara tanggal 24 pagi sebelum jam 8, kapal berangkat pukul 9, berlayar dengan KM.Muria selama 6 jam.
Sampai di Karimun Jawa jam 3 sore, Have fun for the next 3 days!!
Pulangnya, tetap menggunakan KM.Muria tanggal 27 jam 8 pagi,
Kembali ke Jepara jam 2 sore rombongan kami berpisah. Saya, Dayu dan Melvi akan lanjut ke Semarang untuk wisata kilat dan pulang menggunakan kereta Senja Utama dari Stasiun Tawang jam 8 malam, sementara Wisnu and the gank pulang dengan menggunakan Bis Shantika pukul 5 sore dari terminal Jepara..
IMO, Perfect holiday is when things go out of plan, out of schedule, some go bad but you still laugh at it…even harder! And yes by that term, I can call this trip, too perfect to be true.. :D
Why oh why???
…to be continued…
Ambareeta
Next!! Karimun Jawa: It’s Far Beyond The Stars, It’s Near Beyond The Moon


Posted by Ambareeta on June 29, 2011 in Dangerously Beautiful Indonesia!!, Karimun Jawa

SAWARNA!!! Part 3: Berjalan di Hutan Lalu Belok ke Pantai


170411
Krik..krik..krik.. orkestra jangkrik masih bermain, bulan penuh masih menggantung (yes I’m so lucky bisa melihat purnama dengan taburan bintang yang pastinya susah sekali ditemui di Jakarta) saat kehidupan di guesthouse kami sudah dimulai, Jam 4 pagi! Agenda hari ini dimulai dengan melihat sunrise di Legon Pari dan untuk itu kami harus sudah berangkat segera setelah subuh.. *yawn*
Legon Pari adalah suatu laguna dengan pasir putih dan laut yang tenang, sehingga disini tempat terbaik untuk berenang di Sawarna. Para nelayan pun banyak yang melabuhkan kapalnya disini.
First thing first, question, Siapa yang trekking pagi2 buta ga bawa senter dengan bodohnya?????!!! SAYA!!! (_ _!) Well, saya pikir medan yang akan dilalui ‘seramah’ kemarin jadi tanpa senter pun it’s okey masih ada cahaya bulan, tapi ternyata saudara2.. I was so wrong…
Untuk menuju Legon Pari ternyata kita harus melewati pematang sawah, perkebunan, dan.. hutan!! medannya? Tentu saja tanah. Licin? Hoho Pastinya!! =D tapi apakah datar2 saja?? Haha I wish!! Di beberapa tempat jalannya menanjak, dan yang saya maksud adalah tanjakan dengan sudut kemiringan hampir 80 derajat! *ngos ngos ngos* itu saja kami sudah dibilang beruntung oleh bapak yang memandu kami karena semalam tidak hujan jadi jalanan mudah dilalui..
Setelah setengah jam lebih berjalan, 1 kali terjatuh, dan entah berapa liter keringat terbuang… akhirnya mulai terdengar deburan ombak.. makin dekat,, makin dekat,, satu belokan lagi and voila!! Pantai Legon Pari!! Tapi belum sempat lihat mana lagunanya, kami berjalan (lagi!) menyusuri pantai, mencari spot yang menurut bapak pemandu disitu lebih baik untuk melihat sunrise, dan sampailah kami di pantai Karang Beureum
Entah karena memang sedang pasang atau memang seperti itu, Karang Beureum ini ombaknya lebih besar daripada Ciantir, pantainya pun lebih sempit dan pasirnya lebih kasar.
Sambil (lagi2) menunggu munculnya matahari, sarapan dulu..  This is it, mie instan pinggir pantai ala Chef Marsad =D
Langit menjelang fajar,, ada pink.. ada kuning..
 
Dan..dan..dan.. Hello Again Paman Matahari…..
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pantai menuju ke arah Tanjung Layar (lagi) lalu ke Ciantir dan kembali ke penginapan. Kami harus sudah pulang sebelum pukul 12 supaya cukup waktu untuk sejenak mampir ke pantai Karang Taraje. Legon Pari terpaksa dilewatkan kali ini, tapi biarlah, itu akan jadi alasan saya untuk kembali. =)
Dan, ternyata petualangan saya pagi tadi mendaki gunung lewati lembah untuk menuju Legon Pari belum berakhir, justru petualangan yang lebih dahsyat baru akan dimulai!! Seperti yang saya bilang, menurut pengamatan saya kemarin *jieh*, kontur pantai dari Ciantir ke arah Tanjung Layar (ke arah timur) semakin lama semakin berbatu. Karang Beureum ini berada di sebelah timur dari Tanjung Layar, maka yang saya temui sepanjang perjalanan adalah batu karang… dimana2 karang.. dari yang tajam sampai yang halus, besar sampai kecil. Maka ‘perjalanan pulang menyusuri pantai’ sungguh tidak semanis kedengarannya, perlu ekstra hati2! Tapi sungguh pemandangannya tidak bisa dilewatkan begitu saja.
 
Walhasil akibat keasikan foto2, saya terpisah dari bapak pemandu dan rombongan =)). Untung Mas Marsad dan Mas Dareng masih ada di belakang karena sebelumnya membersihkan sisa2 sarapan kami.
Perjuangan darah dan keringat kami menyusuri karang kemudian terhenti disini.
Menurut mas Marsad, biasanya untuk ke Tanjung Layar bisa melipir tepi karang itu, dan melihat tempat yang dinamakan Tapak Si Kabayan. Tapak si Kabayan konon adalah batu yang berbentuk seperti tapak kaki manusia. Saat itu, laut sedang pasang, terlalu berbahaya untuk berjalan melalui tepi karang, maka kami harus naik ke perbukitan, dan halo tanjakan tanah dengan kemiringan hampir 90 derajat!! *___*
Setelah tanjakan, yang disusul dengan turunan curam dari batu karang, akhirnya sampai di sisi lain karang
Selesai kah trekking menggilanya? Oh ternyata BELUM! This what we found ahead..
Ga ada jalan lain yang bisa dilewati, jadi akhirnya melipir karang. Kedalaman airnya sih sebenarnya cuma sebetis tapi disebelah kanan dan pijakan kami itu karang yang liciiin, dan sebelah kirinya langsung laut dengan ombak yang ga santai! kalau menerjang bisa basah seluruh badan.
Sampai di Tanjung Layar lagi, balai2 warung sederhana dan segelas teh dingin, rasanya udah kaya di lobi hotel bintang 5. Arta, satunya2 peserta pria di tur kali ini, bertanya ‘Are we still alive?!’ haha dan saya jawab, ‘yes you’re still very are, but I don’t know about me. How can I sure I’m still alive while my idea of heaven is already here, now’ dan dia bales aja loh dengan ‘you’ve got the point.’ =D
Pembicaraan ‘aneh’ tadi terjadi karena di depan kami, Tanjung Layar yang sama dengan yang kami lihat kemarin, tapi seolah2 Tuhan sudah mem-photoshop-nya, menambahkan sedikit biru di laut dan langit, menggeser matahari ke posisi yang lebih pas sehingga hasilnya.. amazing..
Kemudian lanjut ke Pantai Ciantir, yang juga berkali-kali lipat lebih cantik..
 
Saat itu saya berharap bisa berjalan seperti kepiting, miring, biar ga lepas2 pandangan dari laut…
Akhirnya, kami pun tertahan lama di Ciantir karena foto2 lagi…
Belum mau pulang… sungguh ingin sekali duduk2 disini dan tidak melakukan apapun.. =)
Well, tapi kalo kata abang Buble ‘the days were slipping fast, good things never last’  dengan berat hati, kembali ke penginapan.
Jam 11, all packed, sudah makan, sudah pamitan, dadah Sawarna,, saya janji akan kembali. Eh tapi baru  jalan beberapa ratus meter, ketemu lagi another tanjakan maut, dan ‘si peri’ ini (lagi2) ga kuat naik.. haha yuk jalan kaki lagi yuk.. Tapi rupanya Tuhan belum bosan memberi kami ‘bonus’ tak terduga, kalau kami tidak jalan kaki mungkin kami tidak akan menyadari ini, satu titik dimana kami bisa melihat Sawarna terbentang dari Tanjung Layar hingga Ciantir dalam 1 frame.
That was my bonus, the last shot of Sawarna, a great closing indeed =)
Keluar dari Sawarna, seperti janjinya, Mas Marsad membawa kami mampir ke Karang Taraje. Karang Taraje kira2 15 menit dari Sawarna menuju Bayah, sesuai namanya, disini banyak karang, hehe walaupun saya tidak lihat tuh mana yang menyerupai tangga (taraje dalam bahasa sunda). Lautnya biru sekali, ombaknya kencang tapi segera terpecah oleh karang.
 

 
Kami tidak lama disini, huaaah… benar2 sudah saatnya pulang.. =(
Sepanjang jalan Sawarna – Pelabuhan Ratu, kami masih banyak disuguhi oleh pemandangan yang menakjubkan, duet maut pantai dan perbukitan. Beberapa diantara pantai2 yang kami lihat itu konon adalah private beach!
Gosh, life is soooooo great for some people!!
Kami berhenti sejenak di Karang Haur untuk sholat dan membeli oleh2.. Es kelapa sekantong plastik harganya 10ribu masaaaa!!! Ini pemerasan!!
Berhenti sebentar lagi di Cisolok, untuk membeli jambu bol dan sawo.. hehe
Pemberhentian berikutnya kira2 pukul 17.00 di Rumah Makan Palagan – Sukabumi, dan disini ga sebentar, hehe. Selesai makan, ternyata mobil mengalami sedikit gangguan. Hooo pantas saja dari tadi ada bunyi2 derik aneh dari belakang mobil. Lepas maghrib mobil selesai diperbaiki tapi ban belakang sebelah kiri perlu tambah angin. Tidak mau mengambil resiko beban yang terlalu berat, kami para wanita memutuskan untuk menunggu saja disana..
Jam 11 malam… akhirnya bisa menjatuhkan diri ke tempat yang baik dan benar… kasur!! Bukan lagi batu karang, atau tanah becek.. =P
Fiuh, akhirnya.. bisa menuntaskan rasa penasaran akan Sawarna, dapat teman2 baru, dan inspirasi pastinya! Salah satu teman seperjalanan saya, Ibu Yati (Ibu yang memakai baju pink – kuning dan jilbab biru di foto atas), she’s a truly traveler! seharusnya dia juga menulis buku seperti Trinity ‘The Naked Traveller’ karena beliau juga sudah berpetualang kemana2, beliau juga anggota tetap Komunitas Jelajah Budaya, Sahabat Museum, dan banyak lagi. Sambil menunggu sunset di Tanjung Layar kemarin, dia berkata seperti ini ke saya ‘Neng, duit mah ga dibawa mati, jangan takut untuk jalan-jalan, apalagi kalo kamu memang hobi. Salah satu cara mensyukuri ciptaan Tuhan menurut saya ya begini, jalan2 melihat ciptaannya.’ Sebenarnya ucapan macam begitu sudah pernah saya dengar sebelumnya, dari teman saya (hey kang.. i know u’ll read this haha) tapi kok kayaknya diucapkan oleh si Ibu lebih mengena yah.. haha well baiklah, mari menabung….buat jalan2 =P. Oya, di ujung nasihatnya si ibu menyuruh saya jalan2 ke,,,, Pink Beach – Pulau Komodo.. duh bu.. doain rejekinya nyampe yah,,, hehe.. amien!
Dan Sawarna, sungguh saya akan kembali ke sana nanti.. masih hutang belum liat Legon Pari sama Tapak Si Kabayan kan… Saya sudah membuat selfnote hal-hal yang harus diperhatikan bila kembali kesana
Sandal gunung is a must!! sandal karet berlogo buaya andalan itu sungguh tidak reliable untuk medan yang licin.
Sinyal hp yang paling kuat disana adalah I-s*t, BIS BB-nya bisa nyala loh.. T-S*l masih dapat sinyal tapi lemah, lainnya.. flat.. -___-”
Untuk yang ingin merasakan petualangan di Sawarna seperti yang saya alami, paling enak sih menggunakan kendaraan pribadi atau ikut travel, ini link travel yang membuka perjalanan ke Sawarna:
http://www.sawarnatravel.com/tour/sawarna-easy-tour.html
Atau ‘pantau’ aja akun2 jalan2 di FB dan twitter, yang saya tahu sih di FB ada Pesona Jawa dan Just Traveler, di twitter ada @Backpackseru. Hehe,, siapkan diri untuk menghadapi godaan yah.. Hoho
Tapi kalau mau naik kendaraan umum pun, ga susah2 banget kok.. Saya sih lebih merekomendasikan lewat jalur Bogor – Sukabumi – Sawarna. Naik bus umum dari Jakarta, sampai ke Terminal Baranang siang – Bogor, kemudian dilanjutkan dengan bus ke Terminal Pelabuhan Ratu. Sampai terminal Pelabuhan Ratu naik elf yang menuju Bayah, turun di pasar Bayah lalu dilanjutkan naik ojek ke Sawarna (yeah… a looooong way to go, but it all would be paid when you get there)
Untuk pilihan waktu terbaik, menurut guide lokal, adalah bulan Maret hingga Juli, saat itu juga banyak surfer bule yang melancong ke Sawarna.
Jadi, sampai nanti Ciantir… tetaplah bersih.. sunyi… dan damai..
somehow I hope that paradise would still hidden =)
Ambareeta

Posted by Ambareeta on April 23, 2011 in Dangerously Beautiful Indonesia!!, Sawarna

SAWARNA!! Part 2: From Rise To Rest

22 Apr
160411
Sekitar jam 4 pagi,sudah memasuki daerah Sukabumi, mesin mobil tiba2 mati, saya yang sudah tidur kebangun karena bau seperti karet terbakar dari bagian belakang mobil.. Ternyata kami berada di tanjakan yang terjal, mobilnya ga kuat naik dan sempat ga sadar ada tanjakan karena gelap total diluar! Akhirnya kami semua terpaksa keluar, blimey it’s a blessing in disguise! Diluar, BINTANG!!! Banyaaaaaaaaaaak banget… *___* belum pernah saya liat langit dengan bintang sebanyak itu! Akhirnya mau jalan aja bingung, antara harus liat ke bawah nyenterin jalan biar ga jatuh, dengan keinginan untuk terus2an lihat ke atas.. Sampai di jalan yang lumayan landai, sebagian penumpang dipersilahkan naik lagi ke mobil. Loh kok Cuma sebagian? Iya karena belum jelas apakah ada kerusakan jadi sementara beban mobil harus dikurangi. Terus yang sebagian lagi kemana?? Naik pick-up pembawa sayur yang kebetulan lewat.. =))

Tapi ternyata dari ‘tanjakan maut’ itu sudah dekat dengan pemberhentian kami berikutnya, Puncak Habibie, suatu tempat di Cisolok – Sukabumi, yang dinamakan demikian karena konon bukit dimana kami berada saat itu adalah milik Bapak BJ Habibie.. hooo.. Di Puncak Habibie berjejer warung2 dimana kita bisa ngopi2 dan nge-mie sambil leyeh2 di balai2 bambu, menunggu sunrise. Pemandangan yang terhampar didepan mata adalah Pantai Cibangban-Pelabuhan Ratu dari atas bukit =)


Setelah kurang lebih 1 jam menunggu,, finally slowly but sure,,
Halloooooo Paman Matahari…..
Beautiful…
Saat terang terlihat bahwa jalan yang kami lalui sebelumnya, di ‘tanjakan maut’ dan sekitarnya itu, ternyata dibelakangnya laut dan kanan kirinya perbukitan.. wow!
Sudah kenyang, sudah terang, pukul 6 kami melanjutkan perjalanan. Woohoo!! Kurang lebih 1 jam lagi, SAWARNA!!
Akhirnya, setelah 10 jam perjalanan.. sampai di  guesthouse..
Di guesthouse ini kami menempati 4 kamar di lantai atas, lantai bawah ditempati oleh sang pemilik rumah. Di Sawarna pilihan akomodasinya ya rumah penduduk, saya sempat melihat beberapa penginapan saat berjalan ke pantai tapi itu pun bisa dihitung jari. Guesthouse kami terletak di Kampung Cikembang, Desa Wisata Sawarna, letaknya agak jauh dari pantai, tapi begitu buka jendela kamar pun pemandangannya bikin mata seger begini..
Setelah mandi dan sarapan kami langsung memulai petualangan, dibuka dengan Gua Lalay! Dari penginapan kami naik mobil dulu, baru dilanjutkan dengan berjalan kaki. Hehe ga kebayang kalau harus berjalan kaki dari penginapan,, jauuuuh, medannya menanjak tinggi,,tinggi sekali, ditambah cuaca pada hari itu, cerah ceria!! (baca: puanas pol!). Nah, itu yang lagi2 membuat jawdropping, langit Sawarna hari itu biruuuuuu bersih sekali tanpa awan.

Desa yang memang sudah cantik tampak makin menawan, mata termanjakan selama perjalanan ke Gua Lalay, melewati sawah, rumah penduduk, hutan, dan yang tidak mungkin tidak dilewati kalau anda berpetualang di Sawarna,,,JEMBATAN GANTUNG! XD.
Belum ke Sawarna kalau belum lewat jembatan gantung. Kalau ke Sawarna tidak menggunakan mobil pribadi, baru sampai pintu gerbang desa saja sudah disambut dengan jembatan gantung yang hanya bisa dilalui oleh orang dan sepeda motor. Karena kami menggunakan mobil pribadi kami tidak lewat situ (eh apa lewat tapi saya ga tau yah? Baru bangun pas sampai depan guesthouse =P) tapi tetap saja kemana2 nanti harus lewat jembatan2 gantung yang lain. Jadi untuk yang takut ketinggian, segeralah temui ahli yang bisa menyembuhkan phobia anda, sungguh saya tidak merekomendasikan untuk tidak mengunjungi Sawarna cuma karena takut jembatan gantung.. =D Setiap melewati jembatan gantung (bolak balik) pengunjung dipungut biaya retribusi Rp. 2000 untuk perbaikan dan perawatan jembatan



And here it is, pintu Gua Lalay..
Gua Lalay, dinamakan demikian karena di gua ini (katanya) terdapat banyak kelelawar (Lalay dalam bahasa sunda) tapi waktu saya kesana ga ketemu 1 pun tuh, cuma tercium bau2 guano (kotoran kelelawar). Menurut mamang guide kami, kelelawar2 itu masih ada, tapi mereka ‘bermigrasi’ ke bagian gua yang lebih dalam karena banyak orang dari Suku Badui yang memburu mereka untuk dimakan.
Bagian dalam gua Lalay adalah sungai yang mengalir dengan dasarnya lumpur, di beberapa bagian tinggi air mencapai paha, licin bila memakai alas kaki, jadi sebaiknya ditinggalkan di pintu gua saja.. tapi hati2 kalau diambil orang.. *kisah nyata =D* Lumpur yang berasal dari suatu bagian gua sering diambil masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai pupuk, sungai dalam gua itu bening looh..

Dengan dipandu lampu petromaks dari mamang guide dan senter yang memang perlengkapan wajib, untuk pertama kalinya saya lihat stalagtit dan stalagmite dengan mata kepala sendiri =D. Wow! Di beberapa stalagtit terlihat jelas guratan2 yang menandakan proses pembentukannya bertahap dan memakan waktu ratusan tahun untuk membuat setiap sentinya.



Memang bukan caver professional, kurang lebih 15 menit menjelajahi gua, semangat untuk menjelajahi gua sudah berkurang, bukan apa2, tapi karena medannya yang semakin sulit, harus naik ke gundukan lumpur yang luicin.. Masih menurut mamang guide, gua ini pernah ditelusuri oleh Mapala UI *uhuk* hingga 2 hari namun belum juga menemukan ujungnya sehingga mereka memutuskan untuk kembali.
Keluar dari gua, kembali ke penginapan, istirahat sebentar sambil nunggu adem buat maen ke pantai.. =)
Jam 2, matahari sudah mulai berkurang moodnya, awan2 pun mulai muncul, saatnya menjemput tujuan saya jauh2 datang kemari,, PANTAI!!
Tujuan pertama kami adalah Pantai Ciantir, pantai pasir putih berombak besar dengan suasana tenang yang membuat bule2 surfer itu rela jauh jauh ke Sawarna. Untuk ke Ciantir dari guesthouse kami harus berjalan kaki, tapi ga sejauh waktu ke Gua Lalay, lewat pematang sawah, perkebunan kelapa, singkong dan ya lagi2 jembatan gantung =D
10 menit berjalan kaki, sampailah kami di Ciantir.. WOWWW!!! All that 10 hours on the road are SO worth it!!!! Pantai.Pasir.Putih…



Hamparan pasir putih dan halus sepanjang kurang lebih 3 km, terlihat seperti cekungan tak berbatas yang dipagari perkebunan kelapa dan perbukitan..
Satu hal yang susah ditemui di tempat lain adalah, pantai ini sepiiiiiii… it was weekend, tp orang yang saya lihat di pantai (di luar rombongan tur yah) bisa dihitung dengan jari.. bersiiiih sekali, mungkin karena belum banyak orang berkunjung ke sini, jangankan berkunjung, eksistensinya saja banyak yang tidak tau.
Puas main dan foto2, kami meneruskan perjalanan menyusuri pantai, menuju Tanjung Layar yang merupakan landmark dari Sawarna. Kontur pantai Ciantir menuju Tanjung Layar sepertinya semakin banyak karang (dan saya membuktikan hal itu keesokan harinya)
and here it is.. 2 karang besar  berbentuk menyerupai layar yang dengan perkasa menahan dahsyatnya hempasan gelombang Samudera Hindia.. Tanjung Layar!! =D
Karena ombak dipecah oleh karang-karang besar itu, air laut disini lebih tenang daripada di Ciantir. Jarak dari pantai ke karang layar itu kurang lebih 25 meter, saat sedang surut terlihat jelas dasar laut berupa karang2 datar dengan air laut menggenangi sela-selanya seperti kolam-kolam kecil. Saat kami kesana, air laut sedang pasang, tinggi air mencapai hampir sepinggang, karang2 juga agak licin..
Tanjung Layar konon tempat terbaik untuk melihat sunset di Sawarna, mungkin karena itu tempat ini lebih ramai dibandingkan pantai Ciantir. Eh bukan cuma sunset yang kami dapat, tapi juga pelangi.. =) Disini pasir pantainya lebih kasar, banyak terdapat sisa-sisa terumbu karang yang terbawa ke pantai, dan bebatuan karang.



Tanjung Layar di waktu senja lebih cantik, hampir saja ga dapat fotonya karena prosesnya cepat sekali..
Dan  akhirnya.. Sunset..


Berakhirlah petualangan hari ini di Sawarna. Kembali ke guesthouse Ibu pemilik rumah sudah menyiapkan makan malam dengan menu ikan entah apa jenisnya yang pasti besar, sedikit durinya dan hasil tangkapan sendiri.. Enyaaaaaakkk…
What a day!! Kalau masih menjalankan misi-21, saya dapat banyak sekali hal yang New, Awesome  dan Sinless hari ini.. Dari mulai matahari terbit hingga terbenam, diakhiri dengan makanan enak dan ketawa-ketiwi dengan teman2 baru.. Life is good.. =)
Ambareeta
to be continued…
SAWARNA! Dimana Saya Berjalan di Hutan Lalu Belok ke Pantai

Hubungi Kami

RESERVASI SEKARANG

0821-3817-2799 📱 082-333-333-102
@karimunjawaopentrip 📝 Testimoni
Visit Karimunjawa